Monday, April 27, 2009

Kontoversi Klep Lebar

Pemakaian klep lebar di skubek masih kontroversi. Katanya kurang cocok. Hanya bagus untuk mengail putaran atas. Sementara, skubek bertransmisi CVT butuh power dan torsi gasingan bawah, supaya kilat melesat.

Untuk itu, butuh pembuktian masuk akal. Sebagai bahan percobaan dijajal di Yamaha Mio bore up 125 cc. Sekaligus untuk mengukur tenaga atau power skubek kelas 125 cc di balap matik. Minggu lalu diterangkan kelas ini boleh diikuti semua merek.

Mendongkrak Mio jadi 125 cc ada beberapa pilihan seher alias piston. Misal seperti dilakukan Mariasan Kocek dari JP Racing. Dia pakai piston punya Kymco diameter 52 mm. Pin piston 15 mm, sehingga cocok di Mio.

Pilihan lain bisa pakai punya Jupiter-Z Izumi khusus balap. “Diameternya 52 mm tapi diameter pin piston 15 mm. Harus dibuatkan bos supaya pas,” jelas Chandra Sopandi, tukang bubut dari Master Tjendana di Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung.1986teknologi-skubek2.jpg

Hitungannya menggunakan piston 52 mm dan stroke atau langkah piston 57,9 mm. “Maka kapasitas silinder jadi 122,9 cc,” ucap Suar, instruktur dynotest yang sedang riset knalpot AHRS untuk balap skubek kelas 125 cc.

Coba diukur pakai dynotest. Masih menggunakan klep standar, kem Kawahara dan knalpot AHRS. “Tenaga mesin mencapai 7,84 dk pada 7.300 rpm,” jelas Suar yang juga coba beberapa leher knalpot.

Setelah itu coba Mio 125 pakai klep lebar. Sesuai regulasi, klep isap maksimal 26 mm. Dipilih klep punya Suzuki Shogun 110 atau 125 yang diameter payung katup isapnya 26 mm dan klep buang 22 mm.

Menggunakan kem Kawahara dan knalpot AHRS. Didapat tenaga motor sampai 8,41 dk pada 8.650 rpm. Power lebih besar 0,57 dk. Berarti menggunakan klep lebar tenaga lebih besar ketimbang pakai klep standar.

Tapi menggunakan klep lebar itu, tenaga baru memuncak setelah 7.000 rpm. Pada gasingan bawah, power klep standar masih meraja. Kesimpulannya, klep lebar bagus untuk mengail tenaga di gasingan atas. Bagus untuk top-speed.

KNALPOT 23,5 MM

1987teknologi-skubek-uwok-endro.jpgSesuai regulasi Pertamax Plus BRT Indotire Matic Race and Party, ukuran klep kelas 125 cc maksimal 26 mm. Maka klep buang sekitar 22 mm. Untuk itu knalpot AHRS yang dirancang harus menyesuaikan. “Terutama pada bagian lehernya,” ucap H. Uwok Sutrisno.

Menurut Uwok, untuk sementara diameter dalam leher knalpot 23,5 mm. Lebih besar dari diameter klep buang yang hanya 22 mm. Dari teori ilmu korek di halaman 11, lubang buang besarnya 100-110 persen dari diameter payung klep buang.

Jika klep buang 22 mm, maka besar diameter leher knalpot 22-24,2 mm. Jika Uwok memilih diameter dalam leher knalpot 23,5 mm masih dirasa cukup. Tidak kelewat blong dan tidak menghalangi aliran gas bakar.

Thursday, January 22, 2009

Bicara Karakter Mesin

Dalam dunia otomotif khususnya mengenai mesin, terdapat istilah diameter x stroke. Maksudnya diameter piston dan stroke artinya langkah piston. Stroke disebut juga langkah naik-turun seher dari TMA (Titik Mati Atas) sampai TMB (Titik Mati Bawah).

Dari rasio antara diameter (bore) dan langkah (stroke),didapatkan sifat mesin. Oversquare jika bore dibagi stroke angkanya lebih dari satu. Tapi jika bore dibagi stroke angkanya kurang dari satu, disebut undersquare. Kalo ukuran bore dan stroke sama, namanya square

Di beberapa negara, perbandingannya terbalik. Misal di Finlandia perbandingin stroke terhadap bore. Jadi ukuran stroke ditaruh di atas, bahasa matematika disebut pembilang. Sedang bore sebagai pembaginya, atau penyebut. Istilah mesin yang langkah pistonnya lebih panjang dari diameter piston, disebut longstroke. Jika sebaliknya, disebut shortstroke

Kini bicara sifat mesin oversquare dibanding undersquare. Contohnya mesin oversquare Suzuki Smash 110. Sedang mesin undersquare ada di Shogun atau Spin. Mesin oversquare atau shortstroke disebut rasio positif. Disebut demikian karena stroke pendek friksi atau hambatan geseknya kecil. Kerja kruk-as lebih ringan. Selain itu, mesin oversquare lebih awet.

Cukup dengan sedikit teknologi atau dikorek, kecepatannya bisa lebih tinggi dibanding mesin undersquare. Namun mesin oversquare dibanding torsinya di kecepatan rendah lebih kecil ketimbang mesin undersquare.

Ini dikarenakan torsi didapat dari daya yang dihasilkan oleh lontaran bandul kruk-as. Makin jauh jarak dari titik pin setang piston ke poros kruk-as, atau panjang langkahnya, torsi makin besar. Sekarang tinggal menghitung rasio diameter dan langkah piston motor anda. Nanti anda dapat menyimpulkan bahwasannya motor anda, motor oversquare atau undersquare, longstroke atau shortstroke

Diambil dari otomotifnet.com

Friday, January 16, 2009

Ganti Kanvas Kopling Thunder dengan Kanvas Kopling lain

Jika entakan sudah besar, bisa gunakan kampas kopling tipe racing yang
banyak dijual di pasaran. Kampas kopling milik Thunder 125, bisa saling
subsitusi dengan milik Suzuki RG-R atau Suzuki Satria F-150.

“Bisa juga pakai kampas kopling orisinal milik Satria F-150,” saran
Morgan. Soalnya, peranti milik Satria F-150 lebih tebal ketimbang
aslinya Suzuki Thunder 125. Begitunya, kampas pun jadi lebih awet.